Friday 15 February 2019

PERMUSUHAN

Kadangkala, orang-percaya mungkin saja tidak puas dengan tindakan atau kebijakan dari para pemimpin Gereja. Sebuah peristiwa yang terjadi di awal sejarah Gereja menggambarkan hal ini (Kis 6:1-7). Sekelompok orang di Gereja Yerusalem mengeluh kepada para rasul bahwa beberapa orang tidak diperlakukan sebagaimana mestinya. Kondisi tersebut kemudian diperbaiki sehingga Gereja pun dapat bertumbuh (Kis 6:7). Gereja mula-mula menggunakan konflik sebagai kesempatan untuk meningkatkan pelayanan. Namun, ketika Gereja tidak memiliki proses yang jelas untuk menangani masalah, manusia cenderung menggunakan cara mereka sendiri.

Mereka mungkin akan mulai meminta pendapat dari gereja lain, mulai bergosip, atau bahkan membentuk kelompok "orang-orang yang menaruh perhatian." Kepemimpinan yang baik dapat membantu menghindari masalah ini dengan tidak mementingkan diri sendiri, termasuk menjadi gembala yang penuh kasih. Pemimpin (Pendeta,Penatua,Diaken) harus menjadi hamba dan teladan, bukannya menjadi seorang penguasa (1 Pet 5:1-3).


Anggota gereja yang dikecewakan pun harus tetap menghormati pemimpinnya (Ibrani 13:7, 17), tidak lekas menuduh mereka (1 Tim 5:19), dan menyatakan kebenaran kepada mereka dengan penuh kasih, bukannya membicarakan mereka dengan orang lain (Ef 4:15). Pada saat seorang pemimpin tampaknya tidak menanggapi sebuah masalah, orang tersebut harus mengikuti pola yang telah ditetapkan dalam Matius 18:15-17, untuk memastikan tidak muncul kesalahpahaman sehinggga mereka masing-masing bisa memahami posisinya.

Alkitab mengingatkan bahwa orang-orang di dalam Gereja mungkin akan mengalami konflik antara satu sama lain. Beberapa konflik timbul karena kesombongan dan keegoisan (Yak 4:1-10). Beberapa konflik timbul karena pelanggaran-pelanggaran yang belum diampuni (Mat 18:15-35). Allah telah mengatakan kepada kita untuk mengusahakan damai sejahtera (Rm 12:18; Kol 3:12-15). Ini merupakan tanggung jawab setiap orang-percaya untuk berusaha menyelesaikan konflik.

Apakah kita bisa secara bersama sama menyelesaikan konflik dengan cara yang ditunjukkan dalam Alkitab ?

1. Menumbuhkan sikap hati yang benar- yaitu lemah lembut (Gal 6:1); rendah hati (Yak 4:10); pemaaf (Ef 4:31,32); dan penyabar (Yak 1:19,20).

2. Intropeksi peranan kita di dalam konflik - Matius 7:1-5 (penting sekali untuk punya sikap terlebih dahulu mengeluarkan balok dari mata sendiri sebelum membantu mengeluarkan selumbar dari mata orang lain).

3. Mendatangi pribadi yang bersangkutan (bukan mendatangi orang lain) untuk menyatakan kepedulian kita - Matius 18:15. Hal ini harus dilakukan dengan kasih (Efe 4:15), bukan sekedar menyampaikan keluhan atau mencurahkan emosi. Merasa tertuduh cenderung mendorong seseorang menjadi defensif. Oleh karena itu, mari bicarakan masalahnya dan jangan menyerang pribadinya. Hal ini tentu dapat memberikan kesempatan yang lebih baik kepada orang tersebut untuk menjelaskan situasi atau meminta pengampunan atas pelanggarannya.

4.Jika langkah awal untuk penyelesaian konflik ini tidak mencapai hasil yang dibutuhkan, kita lanjutkanlah dengan meminta orang lain yang mungkin dapat membantu proses mediasi (Mat 18:16). Ingat, tujuan kita bukan untuk memenangkan argumen; melainkan supaya sesama orang-percaya bisa berdamai.

Kiranya Damai Tuhan Yesus selalu meyertai kita senantiasa, dan kita perlu tetap memelihara kasih Nya sehingga hal-hal tersebut diatas (permusuhan) dijauhkannya dari kita.

Berlangganan

FeedLangganan Artikel by Email ?

» Cek Email Anda untuk konfirmasi berlangganan

Matius 11:28-30

TA'ALAU ILAYYA ya jami'al-mut'abina wats-tsaqilil-ahmal, wa Ana urihukum. Ihmilu niri 'alaikum wa ta'allamu minni, li-anni wadi'un wa mutawadhi'ul-qalb, fa-tajidu rahatan li-nufusikum. Li-anna niri hayyinun wa himli khafif ” (Matius 11:28-30) COME TO ME, all you who are weary and burdened, and I will give you rest. Take my yoke upon you and learn from me, for I am gentle and humble in heart, and you will find rest for your souls. For my yoke is easy and my burden is light).” (Matius 11:28-30) MARILAH KEPADA-KU, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan..” (Matius 11:28-30) Dào wǒ zhèlǐ lái, nǐ shuí shì láokǔ dān zhòngdàn de, wǒ jiù shǐ nǐmen dé ānxí. Jiù ná wǒ de è, nǐ xué wǒ, yīnwèi wǒ shì wēnróu qiānbēi de xīnzàng hé línghún huì fāxiàn xiūxí. Yīnwèi wǒ de è shì róngyì de, wǒ de dànzi shì qīng. Komt tot Mij, allen die vermoeid en belast zijt, en Ik zal u rust geven. Neem mijn juk op u en leert van Mij, want Ik ben zachtmoedig en nederig van hart en ziel rust vinden. Voor mijn juk is zacht en mijn last is licht. Matteüs 11: 28-30 He, para wong kang kesayahan lan kamomotan, padha mrenea, Aku bakal gawe ayemmu. Pasanganku padha tampanana ing pundhakmu lan padha nggegurua marang Aku, awit Aku iki alus lan lembah manah, satemah kowe bakal padha oleh ayeming nyawamu, Amargo pasanganKu iku kepenak lan momotanku iku entheng. Subete wa anata ga tsukareta to futan-shadeari, watashi wa anata ga yasuma sete ageyou, watashi ni kimasu. Anata ni watashi no ku-biki o toru to, watashi wa nokori no bubun o mitsukeru no kokoro to tamashī ni yasashiku, kenkyona omoi no tame ni, watashi kara manabimasu. Watashi no ku-biki wa oi yasuku, watashi no ni wa karuikaradesu. Hãy đến với tôi, tất cả các bạn những kẻ mệt mỏi và gánh nặng, Ta sẽ cho các ngươi được yên nghỉ. Hãy mang lấy ách của ta và học hỏi từ tôi, vì tôi hiền lành và khiêm nhường trong lòng và tâm hồn sẽ được nghỉ ngơi. Vì ách ta dễ chịu và gánh ta nhẹ nhàng.